Artikel-artikel populer :
Presentasikan Aroma Terapi Lewat Pemancar
dos
Tiga siswa SMA Kr Petra 2 ini punya ide menarik bikin aroma terapi jarak jauh. Dengan ide ini, nantinya bau-bau aroma terapi bisa ditransfer lewat frekuensi televisi.
Para siswa itu adalah Satria Arief Budi, kelas 11 IPA (sebutan untuk kelas 2 SMA pada sekolah yang menerapkan KBK, Red); Richard Liando, kelas 11 IPA; dan Albert Halim, kelas 10 (kelas 1 SMA). Ide mereka dituangkan dalam makalah berjudul Aroma Terapi Jarak Jauh Sistem Modulasi. Makalah ini juga menjadi finalis lomba Light of Electrical Dream (LED), 8-11 Desember mendatang di ITB (Institut Teknologi Bandung).
Ide dasar makalah itu sebenarnya sederhana saja. "Semakin modern, semakin banyak orang yang stres. Sedangkan mereka semakin sibuk untuk pergi ke pusat kebugaran yang menyediakan aroma terapi," ujar Albert. "Jadi, kami merancang ide agar orang bisa menikmati aroma terapi di rumah," kata siswa kelahiran 3 Februari 1989 ini.
Lantas, bagaimana aroma terapi itu bisa dipancarkan melalui antena televisi? Ini juga sederhana. Awalnya, uap yang mengandung aroma terapi bau diserap oleh blower. Uap itu, lalu dijadikan embun (kondensasi, Red) lewat condenser. Embun ini lalu disinari dengan infra merah. "Ini dikenal dengan proses spektrofotometri," kata Satria Arief Budi.
Dari proses tersebut bisa diketahui intensitas panjang gelombang spektrum. Proses ini juga bisa menentukan komposisi kimia unsur dan sifat fisis molekul, ion dan atom aroma terapi. Setelah itu, "informasi" tersebut "diterjemahkan" oleh alat tranduscer ke dalam tegangan listrik tertentu. Tegangan listrik inilah yang kemudian dipancarkan melalui pemancar televisi. Bisa menggunakan frekuensi UHF atau VHF.
Di lain tempat, proses itu dibalik. Frekuensi yang diterima diterjemahkan lagi oleh tranduscer penerima menjadi tegangan-tegangan listrik. Tegangan listrik inilah yang nanti akan mencampur reaksi kimia baru yang serupa dengan unsur-unsur aroma terapi. "Artinya, bau yang dihasilkan akan sama dengan sumber bau di tempat lain," ujar Richard Liando.
Ir Gunawan Siswoyo, guru pembimbing, menuturkan bahwa ide itu memang merupakan "mimpi". "Sebab, lomba yang mereka ikuti memang tentang mimpi. Tentunya, mimpi yang rasional dan bisa diwujudkan," ujar pria yang juga guru SMP Kr Petra 3 itu.
Dalam babak final nanti, mereka akan bertarung dengan 20 sekolah dari seluruh Indonesia. Di depan dewan juri, para peneliti muda itu tidak hanya menyajikan makalah. "Mereka juga membuat modulasi ide itu. Artinya, mereka bisa mewujudkan ide mereka," kata Gunawan. Saat babak penyisihan, makalah mereka memang dianggap sebagai salah satu yang memiliki orisinalitas ide terbaik.(dos)
Sumber : Jawa Pos (23 November 2004)